Product






1. Bau:
Untuk menghilangkan bau yang timbul dari kamar mandi atau sampah dapat menggunakan BSL MW-01 untuk menetralisasi.
- Bau dari Lantai Kamar Mandi:
BSL MW-01 dapat berfungsi sebagai penetral bau sekaligus penyegar di kamar mandi. Setelah lantai disikat untuk menghilangkan lumut atau kerak, bersihkan dengan air, kemudian bilas dengan larutan MW-01 agar bakteri tersebut dapat didegradasi sehingga aman.
Tuangkan 30ml MW-01 ke dalam cawan atau ember, tambahkan air 70ml - 100ml, kemudian aduk hingga tercampur. Semprotkan ke lantai yang timbul bau kemudian bersihkan dengan sikat atau pel. Atau Semprotkan larutan ini dengan sprayer dan diamkan 5 - 10 menit sebelum kamar mandi digunakan kembali.
- Bau dari Sampah Organik Rumah Tangga:
Tuangkan MW-01 ke dalam sprayer kemudian semprotkan ke tumpukan sampah organik. Ulangi terus hingga tidak timbul bau. Jika dilakukan secara rutin maka dalam waktu 1 - 2 bulan sampah organik tersebut akan menjadi kompos (cair+padat).

2. Septik Tank Penuh
- Air Kloset Membludak:
Hal ini timbul akibat septic tank yang telah penuh dan tidak mampu menampung jumlah limbah (tinja+air). Jumlah bakteri pengurai alamiah di dalam septic tank tidak memenuhi syarat untuk mengurai/mendegradasi limbah yang ada sehingga menjadi penuh. Dinding dan dasar septic tank yang tertutup oleh limbah yang memadat akibat proses pengendapan menutup pori-pori dinding dan dasar septic tank mempersulit penyerapan cairan limbah. Jadi, perlu penambahan jumlah bakteri ke dalam septic tank hingga tercapai kondisi ideal keseimbangan alam antara bakteri pengurai dengan jumlah limbah.
Tuangkan satu liter BSL MW-01 ke kloset, dan siram/flush hingga bersih. BSL MW-01 yang berisikan bakteri pengurai akan menuju ke septic tank, 2-4 jam kemudian, bakteri tersebut akan mulai bereaksi dengan menguraikan/mendegradasi limbah yang terdapat di dalam septic tank. Proses penguraian ini memerlukan waktu maksimal 8 jam. Hasil proses penguraian ini adalah gas dan cairan yang bening dengan pH=NETRAL. Oleh karena itu, waktu terbaik untuk menuangkan BSL MW-01 adalah pada malam hari, selain aktivitas menggunakan kloset minimal juga suhu udara yang sesuai yang akan menstabilkan proses penguraian.
- Bau dari Septic Tank:
Proses penguraian limbah menghasilkan gas yang tentu saja baunya tidak sedap. Hal ini timbul karena jumlah limbah dan bakteri pengurai tidak seimbang, selain kemampuan bakterinya sudah menurun mengakibatkan proses penguraiannya tidak sempurna. Penyelesaiannya adalah menambah jumlah bakteri pengurai sehingga proses penguraiannya menjadi lebih baik dan sempurna. Gas yang dihasilkan menjadi bau yang lebih segar.
Tuangkan satu liter BSL MW-01 ke kloset, dan siram/flush hingga bersih. Proses akan berjalan selama maksimal 12 jam setelah bakteri tersebut berada di dalam septik tank. Sebaiknya dituangkan pada malam hari.
- Tidak Surut: Pertanyaan ini menarik karena berkaitan dengan berbagai hal.
  1. Volume Septic Tank
  2. Larutan Garam
  3. Larutan Kimia/Pewangi Kimia
  4. Konstruksi Septic Tank
  5. Kondisi Tanah, dan
  6. Faktor Ideal Septic Tank
> 1. Volume Septic Tank:
Ukuran di atas standar membutuhkan jumlah bakteri pengurai lebih besar. Standar ukuran rumah tangga adalah 2 meter kubik. Rumus volume = panjang x lebar x tinggi.
1 liter BSL MW-01 ≈ 2 m³ (meter kubik).
Dengan demikian, jika ukuran septic tank lebih besar maka BSL MW-01 ekuivalen dengan volume septic tank. Misalnya, volume septic tank = 5 m³ maka BSL MW-01 = ± 3 Liter (botol).
> 2. Larutan Garam:
Larutan ini sering digunakan untuk mempercepat proses pengendapan limbah di septic tank. Akibatnya endapan yang terjadi akan memadat dan menutup pori-pori dinding septic tank sehingga air limbah tidak segera dapat terserap ke bumi dan terjebak di dalam septic tank.
Penyelesaiannya adalah menetralkan larutan garam yang tersisa di dalam septic tank, mencairkan limbah yang memadat yang telah menempel dan menutup pori-pori dinding, terakhir adalah menyeimbangkan jumlah bakteri pengurai di dalam septic tank. Oleh karena itu, jumlah BSL MW-01 yang dituang lebih banyak dari semula.
Normal: 2 m³ (meter kubik) ≈ 1 Liter BSL MW-01
Larutan Garam: 2 m³ (meter kubik) ≈ 3 - 4 Liter BSL MW-01
> 3. Larutan Kimia/Pewangi Kimia:
Terlalu sering menggunakan Larutan Kimia/Pewangi Kimia mengakibatkan bakteri pengurai banyak yang mati dan limbah cair menjadi tercemar. Kondisi ini membuat keseimbangan alam di septic tank menjadi rusak dan kacau. Akibatnya limbah dan cairannya menggenang dan bakteri pengurai menjadi mati, otomatis tidak ada lagi bakteri pengurai yang bertugas menguraikan/mendegradasi limbah. Limbah cair (tinja) sebagian kecil akan memadat dan atau mengering kemudian mengendap di dasar septic tank.
Kondisi seperti ini sering terjadi karena faktor kurangnya pengetahuan mengenai limbah dan penanganannya dan terkesan ingin penyelesaian yang cepat atau instant. Akhirnya, dengan menggunakan bahan kimiawi yang berlebihan dan tidak tepat mengakibatkan keseimbangan alam menjadi terganggu. Proses secara biologis membutuhkan waktu lebih lama tetapi tidak merusak sedangkan proses kimiawi jika penggunannya tidak tepat akan merusak dan fatal.
Penyelesaiannya adalah menetralkan kembali kondisi limbah cair di dalam septic tank. Setelah kondisi alamiah menjadi netral maka langkah berikutnya adalah mengembalikan keseimbangan alam antara jumlah bakteri pengurai dengan limbah cairnya. Ringkasnya, jumlah bakteri harus lebih banyak ditambahkan ke dalam septic tank.
Normal: 2 m³ (meter kubik) ≈ 1 Liter BSL MW-01
Larutan Kimia/Pewangi: 2 m³ (meter kubik) ≈ 3 - 4 Liter BSL MW-01
> 4. Konstruksi Septic Tank:
Konstruksi yang kurang atau tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan proses degradasi limbah menjadi tidak maksimal. Beberapa kasus yang kami temui mengindikasikan bahwa ada kesalahan, kelalaian bahkan ketidaktahuan. Penyebabnya bermacam-macam, antara lain:
  • Ukuran Septic Tank
  • Bentuk & Konstruksi Septic Tank
  • Tidak adanya lubang udara
  • Usia dan atau
  • Missconstruction akibat kesalahan pengerjaan
Ukuran ideal untuk Rumah Tangga adalah ≈ 2 m³, untuk gedung perkantoran bisa dikonsultasikan dengan Arsitek atau Kontraktor.
Bentuk & Konstruksi sedikit banyak berpengaruh pada keseimbangan alam antara bakteri pengurai dan limbah. Model atau bentuk septic tank terdiri dari dua model:
  • Silinder
  • Kotak persegi
Bentuk terbaik adalah tanpa sudut. Menggunakan bentuk persegi lazimnya seperti lubang sampah tetapi sudut-sudutnya dibuat melengkung sehingga bakteri dapat mengurai limbah dengan maksimal.
Konstruksi septic tank umumnya adalah dinding-dindingnya menggunakan lapisan semen, pasir, dan bata atau bisa juga menggunakan bentuk yang sudah jadi. Umumnya terdiri dari campuran pasir, semen, batu kerikil bahkan ada yang dari bahan fiber glass. Kami anjurkan menggunakan konstruksi yang mampu menyerap air di kedua sisi yaitu sisi-sisi samping dan bagian dasar septic tank. Hal ini agar proses penyerapan ke dalam tanah menjadi maksimal sekaligus membantu mengembalikan keseimbangan alam di dalam tanah dan sekitarnya.
Selain itu konstruksi septic tank terdiri dari beberapa jenis teknik serapan antara lain:
Khusus untuk Serapan Kompleks umumnya memerlukan uji limbah untuk menentukan kadar/dosis dan jumlah yang diperlukan untuk menetralkan limbah.
Lubang Udara Tertutup atau Tidak Ada dapat menyebabkan proses degradasi menjadi lambat dan terhambat. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Lubang udara berfungsi sebagai saluran udara septic tank. Udara di dalam septic tank memiliki kadar bau yang cukup menyengat, suhu cukup hangat dan memiliki tekanan. Udara yang dihasilkan dari proses degradasi limbah (alamiah dan atau ditambah BSL MW-01) adalah gas metana, CH4, yang memiliki suhu cukup hangat dan sangat bermanfaat bagi lingkungan ketika terlepas ke udara.
Apabila septic tank tersebut tidak memiliki lubang udara atau tersumbat maka udara di dalam septic tank tersebut akan terkurung dan dengan suhu yang cukup hangat lambat laun akan mengeringkan limbah cair yang menempel di pori-pori dinding septic tank. Selain itu, keadaan tersebut akan membunuh bakteri pengurai alamiah, dan tekanan yang ada di dalam septic tank akan membuat limbah cair dan air limbah menjadi tertekan sehingga air limbah akan naik dan mencari lubang untuk menyalurkan dan melepaskan tekanan gas yang ada di dalam septic tank. Hal ini yang menyebabkan kloset menjadi membludak atau ada tekanan balik ketika air di kloset di-flush karena adanya tekanan gas dari proses degradasi limbah oleh bakteri pangurai yang tidak bisa keluar akibat tidak adanya lubang udara.
Keadaan seperti tersebut di atas umumnya terjadi jika pori-pori dinding septic tank telah tertutup dan atau limbah car tersebut menempel, mengering dan mengeras. Proses limbah cair yang mengering bisa dihambat dengan adanya lubang udara karena selain gas metana dapat cepat terlepas ke udara, suhu dan tekanan di dalam septic tank menjadi lebih rendah dan stabil sehingga limbah cair yang menempel tersebut tetap lunak dan mudah untuk didegradasi yang akhirnya pori-pori dinding septic tank tidak tertutup.
Solusinya adalah dengan membuka lubang udara yang tersumbat atau membuat saluran udara di permukaan atas septic tank tersebut. Septic tank tetap membutuhkan udara yang tersirkulasi dengan baik dan lancar sesuai dengan kondisi ketimbangan alam yang ada di dalam septic tank tersebut. Udara di dalam septic tank yang terlepas kan mendapat suplai udara akibat sirkulasi alamiah. Dengan demikian usia bakteri alamiah semakin lama, keseimbangan alam, tekanan dan suhu lebih stabil sehingga usia septic tank menjadi lebih panjang (lama).
Usia Septic Tank dapat mempengaruhi kinerja bakteri pengurai dalam memproses limbah tersebut. Umumnya karena konstruksinya yang mulai melemah akibat pori-pori yang telah tertutup akibat limbah cair telah mengering dan mengeras di dinding samping septic tank atau mengendap dan mengeras di dasar septic tank. Umumnya usia pakai septic tank antara 20 - 50 tahun dan bahkan bisa lebih.
Misconstruction akibat kelalaian atau kesalahan konstruksi bisa mengakibatkan septic tank tidak berfungsi dengan baik. Kesalahan ini terjadi karena beberapa hal yaitu:
  1. kesalahan baca konstruksi sehingga ketika dilakukan pembangunan menjadi salah,
  2. kesalahan desain konstruksi, dll
Salah satunya adalah ketiadaan lubang udara, lantai septic tank yang keras tanpa adanya pori-pori yang bisa membuat air limbah bisa terserap lancar ke bumi.
> 5. Kondisi Tanah:
Sedikit banyak mempengaruhi proses penyerapan air limbah dan berkembang biaknya bakteri pengurai. Struktur tanah yang terlalu padat sangat baik sebagai penampung air dan tidak mudah surut karena pori-pori tanah merapat dan sering tumbuh lumut.
Kondisi ini jika berlangsung lama akan membuat air di dalam septic tank tidak mudah surut melewati pori-pori. Apalagi jika bakteri pengurai tidak bekerja maksimal yang lama-kelamaan akan menggenang dan menjadi empang tertutup yang tidak sehat.
Struktur tanah yang terlalu renggang membuat pori-pori tanah sangat mudah melewatkan air. Hal yang demikian menjadi bom waktu di kemudian hari karena tidak ada lagi yang tersisa dan limbah cair septic tank akan menumpuk dan memadat sehingga lama-kelamaan akan menutup pori-pori. Bakteri pengurai alamiah pun tidak berkembang biak dengan semestinya. Hal yang seperti menimbulkan penyakit, bakteri yang seharusnya menguraikan bakteri akan menumpuk dan menjadi penyakit.
Struktur tanah ideal adalah kombinasi kedua struktur tanah di atas. Bagaimana mengetahui dan membuat struktur tersebut lebih baik? Cukup memakan waktu dan cukup sulit menentukannya. Tetapi ada cara-cara yang cukup ampuh agar struktur tanah di dalam septic tank menjadi berfungsi dengan semestinya.
Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan menambahkan ijuk, batu kali/koral dan batu apung ke dalam septic tank.
Ijuk, akan membuat lapisan di atas tanah dan menjadi membran sekaligus rumah bagi bakteri agar berkembang biak dengan baik.
Batu kali/koral berfungsi ganda, sebagai pemberat ijuk dan sebagai tempat berkembang biak memanfaatkan rongga yang terdapat di batu kali/koral.
Batu apung yang mengambang dan bergerak tak beraturan berfungsi sebagai tempat bakteri pengurai menempel dan tinggal sementara waktu sambil melakukan proses penguraian.
Dari ketiga hal demikian di atas membuat bakteri mampu bekerja efektif dan maksimal dalam penguraian limbah cair di septic tank.
> 6. Faktor Ideal Septic Tank:
Kriteria Septic tank standar meliputi
Volume = ± 2 m³ (minimal ukuran rumah tangga)
Struktur dan Konstruksi = Dinding rapat berpori dan lantai kasar, berpori
Komposisi Limbah Cair + Air = Tidak tercampur limbah fabrikasi; plastik, kertas, pembalut wanita, dll.,
Bakteri Alamiah = tidak terkontaminasi (tercampur) dengan bahan pelarut kimiawi; pewangi, karbol, dll., dan
Kondisi Struktur Tanah = rapat, lunak & berpori (atau dapat dimodifikasi jika tidak memenuhi kriteria)
Kondisi septic tank standar di atas kemudian ditambahkan FAKTOR IDEAL Septic Tank, yaitu:
- Ijuk
- Batu Kali/Koral & Batu Apung
- BSL MW-01
Faktor Ideal Septic Tank inilah yang akan memaksimalkan fungsi septic tank sebagai unit pengolah & pengurai limbah rumah tangga yang terawat secara alamiah, terus menerus terbaharui kondisi & keseimbangan alamnya. Hasil akhirnya adalah septic tank yang sudah ada tidak perlu pembongkaran, tidak perlu penyedotan limbah cair dan tidak perlu "perbaikan" kecuali kondisi septic tank sudah tidak layak lagi sehingga harus dibongkar atau direnovasi.
Kondisi perawatan diatas sebenarnya merupakan optimalisasi unit pengolahan air limbah rumah tangga dengan biaya operasional rendah, aman dan hasil akhirnya memenuhi standar baku mutu lingkungan.

3. Pupuk Tanaman
BSL MW-01 selain berfungsi sebagai degradator limbah di septic tank juga berfungsi sebagai pupuk cair organik untuk tanaman. Berdasarkan hasil uji praktek di lapangan, BSL MW-01 dapat digunakan sebagai pupuk untuk:
  1. [ 1 : 60 ] Tanaman Hias:
    • Aglaonema, Anthurium, Philodendron
    • Anggrek, Bambu Air, Melati, Mawar
    • Sikas, Sansivera, Puring
    • Euphorbia, Adenium, Kaktus, dll
  2. [ 1 : 25 ] Tanaman Buah: Tabulampot & Non Tabulampot
    • Jeruk: Limau, Mandarin, Kip, dll.
    • Jambu: Jambu Biji, Jambu Air, Jambu Bangkok
    • Teh Rosella
    • Timun Jepang, Cabai, dll
Umumnya tanaman hias & buah rentan terhadap perubahan cuaca, media dan pupuk yang terkadang berlebih. BSL MW-01 yang terbuat dari bahan organik telah terbukti aman untuk digunakan sebagai pupuk cair organik. Tentu saja harus diencerkan terlebih dahulu agar kandungan vitaminnya tidak berlebihan pada saat disiramkan ke tanaman.
SARAN PEMAKAIAN
  1. Tanaman Hias
    • Perbandingan = 1 : 60
    • Interval Siram = 1 x 14 hari
    • Waktu = Sore, 16.00 - 17.30
1 bagian MW-01 dicampur dengan air bersih sebanyak 60 bagian MW-01. Contoh: Tuangkan BSL MW-01 sebanyak 1 gelas (ukuran 200mL) ke dalam ember. Kemudian, tuangkan 60 gelas air bersih (ukuran 200mL) ke dalam ember yang terisi BSL MW-01. Aduk hingga tercampur dan siramkan ke tanaman. Penyiraman bisa untuk daun, batang dan akar.
  1. Tanaman Buah
    • Perbandingan = 1 : 25
    • Interval Siram = 7 - 10 hari
    • Waktu = Sore, 16.00 - 17.00
1 bagian MW-01 dicampur dengan air bersih sebanyak 25 bagian MW-01. Contoh: Tuangkan BSL MW-01 sebanyak 1 gelas (ukuran 200mL) ke dalam ember. Kemudian, tuangkan 25 gelas air bersih (ukuran 200mL) ke dalam ember yang terisi BSL MW-01. Aduk hingga tercampur dan siramkan ke tanaman. Penyiraman bisa untuk daun, batang dan akar.
  1. Mempercepat Bunga pada Tanaman Buah
    • Perbandingan = 1 : 20
    • Interval Siram = 5 hari hingga muncul bunga
    • Waktu = Pagi, 05.30 - 07.00, Sore, 16.00 - 17.00
    • Area Siram = Batang pohon dan daun
1 bagian MW-01 dicampur dengan air bersih sebanyak 20 bagian MW-01. Contoh: Tuangkan BSL MW-01 sebanyak 1 gelas (ukuran 200mL) ke dalam ember. Kemudian, tuangkan 20 gelas air bersih (ukuran 200mL) ke dalam ember yang terisi BSL MW-01. Aduk hingga tercampur dan siramkan ke tanaman. Gunakan Sprayer dan semprotkan ke arah batang pohon dan daun hingga merata. Hentikan penyiraman setelah muncul bakal bunga. Setelah berbungan, lakukan penyiraman antara 2 - 3 kali supaya bunga ridak rontok dan bunga yang telah berbuah lebih tahan terhadap cuaca. Kombinasikan dengan penyiraman rutin, dan pada saat berbunga dan berbuah biasanya membutuhkan kadar air yang lebih banyak.

4. Kompos
Masalah utama yang dihadapi oleh pemukiman di perkotaan dan perumahan padat selain limbah di septic tank adalah sampah. Setiap rumah tangga setidaknya menghasilkan dua jenis sampah yaitu:
  1. Sampah Organik, dihasilkan dari sampah rumah tangga:
    • sayuran,
    • buah-buahan,
    • daun busuk,
    • air cucian daging,
    • dan semua sampah yang bisa membusuk.
  2. Sampah An-Organik, dihasilkan dari sampah-sampah:
    • plastik,
    • kertas,
    • styrofoam,
    • logam,
    • tinta dan barang-barang berbahaya lainnya
Sampah An-organik umumnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan untuk keperluan sehari-hari, misalnya mainan, pot, tas dan pernik-pernik perhiasan. Untuk hal tersebut dibutuhkan keterampilan, kreativitas dan memiliki keinginan untuk memanfaatkan hasil produksi industri besar yang tidak terolah.
Upaya pelestarian lingkungan dapat dimulai dari lingkup kecil yaitu individu (pribadi) atau keluarga. Lingkup yang lebih besar dimulai dari lingkup RT, RW, Kecamatan hingga yang lebih besar lagi yaitu Pasar Tradisional.
Anda bisa membuat Kompos sendiri dengan memanfaatkan sampah organik dan BSL MW-01 sebagai zat pembentuknya (trigger). Hal ini karena BSL MW-01 mengandung bakteri-bakteri pengurai yang bermanfaat.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos beserta alatnya antara lain:
  1. Limbah organik:
    1. Sampah : daun (kering&segar), rumput, dll
    2. Dapur: sayuran, buah-buahan busuk, air cucian beras, daging, tahu, dll
  2. Ember atau Tong
  3. Saringan, Kran
  4. Kayu sebagai pengaduk
  5. BSL MW-01


Langkah Pembuatan:
  1. Potong atau cacah semua sayuran dan sampah organik yang akan dipakai,
  2. Letakkan cacahan sampah & sayuran tersebut ke dalam tong/ember yang telah dipasang saringan,
  3. Aduk hingga tercampur semua potongan sampah & sayuran,
  4. Tuangkan BSL MW-01 ke dalam tabung Sprayer atau mangkok, semprot atau cipratkan ke tumpukan sampah di dalam tong/ember tersebut hingga merata,
  5. Aduk-aduk dengan kayu hingga tercampur rata,
  6. Tutup tong/ember hingga rapat.
Ulangi proses ini keesokan harinya hingga 4 - 6 minggu. Tambahkan atau semprotkan lagi BSL MW-01 setiap kali akan mengaduk dan dosis bisa ditambah jika timbul bau akibat proses penguraian. Lakukan terus-menerus hingga terbentuk kompos.

Keterangan Proses
> Kompos:
BSL MW-01 merupakan media yang akan menjadi pemicu dan pengurai dalam proses pembuatan kompos. Jumlah bakteri yang terdapat di BSL MW-01 akan memicu bakteri yang terdapat di limbah organik agar segera terbentuk atau hidup (bangun dari tidur panjang) untuk bersama berfungsi sebagai bakteri penghancur. Apabila proses ini telah terlewati maka proses berikutnya adalah bakteri tersebut secara bertahap akan menguraikan limbah oraganik yang sudah mulai hancur struktur padat dan mulai dipisahkan. Proses ini akan menghasilkan bau, cairan kental, perubahan warna dan mulai memadat di beberapa struktur organik.
Waktu dan suhu yang telah terbentuk sedemikian rupa akan membentuk proses penguraian yang sempurna untuk menjadi kompos. Dengan bantuan beberapa kali proses pencampuran, agar lebih tercampur, waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kompos, cair dan padat, rata-rata 4 - 6 minggu terhitung dari pertama kali pemberian BSL MW-01.
Kompos yang terbentuk akan terlihat berwarna coklat kehitaman. Padatan ini telah menjadi kompos padat yang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Caranya ialah bisa dicampur dengan tanah menggunakan perbandingan tertentu, atau dicampur dengan sekam, pakis, dan serbuk gergaji sebagai media tanam organik yang sehat.
> Air Lindi:
Cairan kental yang dihasilkan, umumnya disebut air lindi, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik. Air lindi tersebut masih perlu satu tahap proses lagi karena biasanya berbau busuk dan menyengat. Oleh karena itu, masukkan beberapa cc BSL MW-01 ke larutan air lindi. Aduk-aduk hingga tercampur, kemudian tutup dengan rapat. Setelah 5 - 10 menit, buka tutup untuk memastikan bau sudah ternetralisir atau belum.
Jika bau sudah ternetralisir tutup kembali dengan rapat dan diamkan hingga 3 - 7 hari. Setelah itu cek kembali apakah masih berbau busuk menyengat atau tidak. Apabila masih berbau, tuangkan lagi beberapa cc BSL MW-01 dan aduk kembali hingga tercampur dan tutup kembali.
Proses fermentasi ini dapat dihentikan ketika bau yang dihasilkan adalah sudah berbau seperti bau ragi (yeast) atau menyerupai bau tape. Jika sudah demikian, diamkan selama satu minggu lagi untuk memastikan proses fermentasi sudah selesai, ditandai dengan bau yang masih seperti ragi (yeast) atau tape.
Air lindi tersebut sudah menjadi pupuk cair organik yang aman untuk dipergunakan sebagai pupuk cair untuk tanaman. Konsentrasi yang disarankan adalah 1 : 40 atau 1 : 30, atau sesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan sekitarnya.

5. Aquarium / Kolam
Aplikasi BSL MW-01 lainnya adalah sebagai Penjernih Air Organik di aquarium untuk indoor dan kolam untuk outdoor. Fungsi tambahan ini ditemukan oleh pelanggan BSL MW-01 dan sementara telah kami uji coba di laboratorium lapangan BSL dan ternyata mampu menjernihkan air tanpa mencemari air aquarium//kolam sehingga memperpanjang waktu kuras air.
Secara normal, waktu kuras akuarium/kolam berkisar antara 2-4 minggu tergantung ukuran dan jumlah ikan yang terdapat di akuarium/kolam. Penambahan BSL MW-01, selain mampu menjernihkan air, waktu kuras menjadi lebih panjang dan tidak perlu bongkar pasang pasir, batu dan hiasan di dalam kolam. 
6. Peternakan
Penggunaan BSL MW-01 di Peternakan berdasarkan pada kemampuan dasar larutan ini yang mampu menghilangkan bau. Maksudnya adalah, kotoran ayam yang berbau dapat dinetralkan baunya dengan larutan BSL MW-01 yang disemprotkan dengan dosis yang variatif tergantung kadar bau.
Berdasarkan kemampuan tersebut, pertanyaan berikutnya adalah apakah memungkinkan jika proses penetralan dilakukan di dalam lambung/tembolok ayam? Sehingga kotoran yang keluar tidak lagi berbau atau berkurang kadar baunya. Akan lebih baik lagi jika bisa langsung berfungsi sebagai kompos padat yang bermanfaat untuk pertanian.
BSL MW-01 dilarutkan dengan air jenih kemudian digunakan sebagai minuman (vitamin) untuk ayam. Minuman ayam ini lantas menjadi pelarut sekaligus penetral di lambung/tembolok ayam dan terus ke usus ayam sehingga ketika dikeluarkan menjadi berkurang baunya. Harapannya, proses penetralan manjadi sempurna ketika menyatu di dalam metabolisme pencernaan ayam yang sekaligus dapat menjadi pemroses kotoran yang efisien dan efektif. Hasil akhirnya yaitu selain bau menjadi netral, sekaligus menjadi pupuk kompos organik sempurna.
Saat ini, kami sedang dalam tahap uji coba dengan peternak di daerah berdasarkan diskusi sebelumnya. Sementara ini hasilnya cukup memuaskan dan sesuai dengan asumsi awal. Bahkan hasil yang diperoleh jauh lebih baik ketika kompos (kotoran) diaplikasikan ke pertanian. Namun demikian, kami sedang menguji lagi untuk menentukan dosis yang sesuai sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil uji coba, foto dan dosisnya akan kami publikasikan di website ini beserta keterangan & data teknis serta nara sumbernya.
Nantinya, diharapkan hasil uji coba ini dapat diterapkan pada jenis peternakan lainnya dalam skala kecil atau skala besar (industri) sesuai dengan kondisi lingkungan dan dosis yang tepat. Tujuannya adalah mengurangi bau yang mengganggu lingkungan sekaligus mengoptimalkan limbah kotoran ternak yang dapat digunakan langsung ke pertanian. Hal ini berarti dapat membantu memulihkan kondisi tanah pertanian menjadi lebih baik dan menjadi pertanian organik.